Ishmahani

Minggu, 24 Maret 2013

Pendekatan Pembelajaran IPS di SD/MI


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bagi seorang guru, menguasai materi pembelajaran saja belum cukup. Baginya diperlukan keterampilan khusus untuk dapat menyampaikan materi tersebut dengan lebih berhasil. Penguasaan metodologi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampunya dan sesuai dengan karakteistik anak didiknya menjadi syarat yang tidak bisa ditawar lagi.
Salah satu rujukan dalam memilih pendekatan yang sesuai untuk pembelajaran IPS adalah dengan mempertimbangkan tujuan dan ruang lingkup kajian pengajaran IPS di Sekolah Dasar. Sebagaimana diketahui, dalam banyak hal tujuan pembelajaran IPS di Indonesia memiliki kesamaan dengan tujuan Social Studies di Amerika Serikat dan tujuan SOSE (Studies of Society and Environment) di Australia.
Untuk mencapai tujuan Social Studies, terdapat beberapa prinsip yang bisa diikuti dalam pembelajaran IPS, yakni :
1.      Pembelajaran IPS yang bermakna;
2.      Pembelajaran IPS yang integrative;
3.      Pembelajaran IPS yang berbasis nilai;
4.      Pembelajaran IPS yang menantang;
5.      Pembelajaran IPS yang aktif;
Untuk itu diperlukannya sebuah pendekatan yang cocok bagi peserta didik agar pada pembelajarannya sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran IPS untuk mencapai pemahaman peserta didik terhadap sebuah pembelajaran terutama pembelajaran IPS.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran IPS?
2.      Apa prinsip-prinsip pembelajaran IPS?
3.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan ?
4.      Pendekatan apa saja yang cocok untuk pembelajaran IPS ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Pembelajaran IPS
Pembelajaran terkait dengan bagaimanan (how to) membelajarkan peserta didik atau bagaimana membuat peserta didik dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kamauannya sendiri untuk mempelajari apa (what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan (needs) peserta didik. Karena itu, pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam kurikulum dengan menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi IPS yang terkandung di dalam kurikulum, yang menurut Sujana (1987) disebut kurikulum ideal/potensial.
Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Istilah pembelajaran lebih tepat digunakan karena ia menggambarkan upaya untuk membangkitkan prakarsa belajar seseorang. Di samping itu, ungkapan pembelajaran memiliki makna yang lebih dalam untuk mengungkapkan tujuan pendekatan pembelajaran dalam upaya membelajarkan peserta didik.[1]
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu rekayasa yang diupayakan untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan maksusd dan tujuan penciptaannya. Dalam konteks proses belajar di sekolah/madrasah, pembelajaran tidak dapat hanya terjadi dengan sendirinya, yakni peserta didik belajar berinteraksi dengan lingkungannya seperti yang terjadi dalam proses belajar di masyarakat (social learning). Proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan tujuan (goal based). Oleh karenanya, segala kegiatan interaksi, metode, dan kondisi pembelajaran harus direncanakan dengan selalu mengacu pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki.
IPS sendiri merupakana nama mata pelajaran di tingkat Sekolah Dasar. Istilah IPS di Sekolah Dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosila, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah social kehidupan. Materi IPS untuk jenjang Sekolah Dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogic dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistic.[2]
Jadi pembelajaran IPS merupakan upaya untuk membelajarkan peserta didik dalam ilmu social, humaniora, dan masalah social kehidupan.
B.     Prinsip-prinsip Pembelajaran IPS
Untuk mencapai proses pembelajaran efektif dan efisien, terdapat beberapa prinsip yang bias diikuti dalam proses pembelajaran IPS yakni :
1.      Social studies teaching and learning are powerful when they are meaningful atau biasa disebut pembelajaran IPS yang bermakna.
2.      Social studies teaching and learning are powerful when they are integrative.
3.      Social studies teaching and learning are powerful when they are value-based atau biasa disebut pembelajaran IPS yang berbasis nilai
4.      Social studies teaching and learning are powerful when they are challenging yang bias disebut pembelajaran IPS yang menantang
5.      Social studies teaching and learning are powerful when they are active atau biasa disebut pembelajaran IPS yang aktif.
C.    Pendekatan Pembelajaran IPS
Pendekatan Pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu atau landasan sikap dan persepsi guru tentang bagaimana kegiatan pembelajaran akan dilaksanakan.
Sudut pandang sikap dan persepsi guru ini akan menjadi dasar bagi tindakan guru dalam melaksanakan aktifitas proses pembelajaran.
Sebuah pendekatan kurikulum dengan basis yang luas, yang memberikan waktu lebih banyak bagi peserta didik untuk diskusi, drama, berbagai macam kegiatan seni, dan musik serta gerakan. Kegiatan semacam itu memberikan sarana untuk untuk memenuhi kebutuhan sosial, emosional, intelektual, fisik, dan perkembangan kreatif, yang akan meningkatkan rasa percaya diri dan pendekatan-pendekatan yang lebih termotivasi pada pembelajaran lainnya.[3]
Merujuk pada prinsip pembelajaran IPS, bahwa pendekatan pembelajaran IPS baiknya menggunakan pendekatan yang bersifat CBSA dan PAIKEM. Pendekatan CBSA dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional peserta didik dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik peserta didik apabila diperlukan. Pelibatan intelektual-emosional/fisik peserta didik serta optimalisasi dalam pembelajaran, diarahkan untuk membelajarkan peserta didik bagaimana belajar memperoleh dam memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Sedangkan pendekatan  PAIKEM secara garis besar memiliki gambaran sebagai berikut:
1.      Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada learning by doing.
2.      Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik , menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik.
3.      Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’.
4.      Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5.      Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Dalam PAIKEM perlu diperhatikan:
1.      Memahami sifat yang dimiliki anak didik.
2.      Mengenala anak seacara perorangan.
3.      Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar.
4.      Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah.
5.      Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.
6.      Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
7.      Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar.
8.      Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental.
Jadi kesimpulannya PAIKEM merupakan pembelajaran yang dirancang hendaknya dapat mengaktifkan peserta didik, mengembangkan keratifitas  yang pada akhirnya efektif, akan tetapi tetap menyenangkan bagi peserta didik.
Pendekatan-pendekatan pembelajaran IPS yang lainnya, diantaanya sebagai berikut :
1.      Pendekatan Lingkungan
Dalam pendekatan lingkungan, IPS sebagai mata pelajaran yang membelajarkan peserta didik untuk bermasyarakat, perlu memperhatikan lingkungan sebagai topik kajian, baik lingkungan sosial budaya maupun lingkungan fisik. Pendekatan ini bisa diawali dari lingkungan peserta didik yang paling dekat yaitu keluarga, untuk menanamkan nilai moral dan aktifitas bermasyarakat. Guru perlu mencermati lingkungan sebagai aspek yang berperan dalam membentuk perilaku peserta didik, seperti: lingkungan kauman, lingkungan perdagangan, lingkungan pertanian dsb.
Anak-anak usia sekolah dasar biasanya memiliki kepedulian yang mendalam terhadap sekelilingnya, yang jika doberi dukungan, akan mampu memikirkan tentang cara-cara yang imajinatif untuk mencitrakan lingkungan yang ‘hijau’. Selain itu mengunjungi tempat terbuka di sekitar sekolah akan meningkatkan kesadaran anak-anak dan memberikan ide bagi mereka untuk  mengembangkannya lebih jauh di sekolah.[4]
2.      Pendekatan Konsep
Konsep merupakan generalisasi yang membantu mengklasifikasikan dan mengorganisasikan pengetahuan dan pengalaman serta untuk memprediksi. Menurut Florence Beetlestone konsep adalah unsur yang merepresentasikan masalah yang paling utamakarena ia sering diasumsikan sebagai sesuatu yang statis. Apabila orang menyadari bahwa konsep itu terus berubah dan terus diadaptasi karena adanya pengalaman, pikiran, dan perasaan, maka pentingnya mengembangkan dan mengekspresikan kreatifitas akan terlihat.
Pendekatan konsep menekankan bahwa pemahaman konsep sangat mempengaruhi perilaku peserta didik. Konsep tentang keadilan, kesejahteraan, demokrasi, kerjasama, tanggung jawab, dsb. merupakan konsep-konsep yang harus dipahami peserta didik, bukan sekedar diketahui atau dihafalkan. Pemahaman ini akan membimbing peserta didik untuk bisa menghayati yang pada akhirnya mampu mengamalkan dalam perilaku sehari-hari.
3.      Pendekatan Inquiry
Pendekatan inquiry merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri sesuatu yang baru sebagai hasil belajar.[5]
Pendekatan Inquiry adalah suatu perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa.[6]
Pendekatan inkuiri, diawali dengan suatu pertanyaan atau permasalahan yang mengajak peserta didik untuk ikut berfikir dalam memecahkan permasalahan. Dalam proses inkuiri, akan tumbuh dan berkembang secara spontan rasa ingin tahu dan berpartisipasi dalam pemecahan masalah melalui tanya jawab yang didesain oleh guru. Dalam kegiatan berinkuiri bisa menghasilkan suatu gagasan, ide, solusi, atau menemukan sesuatu yang dicarinya. Pendekatan ini bertujuan membimbing peserta didik agar menemukan fakta, konsep dan pemahaman sendiri dengan campur tangan guru secara tepat pada simpul-simpul masalah tertentu dengan timing yang tepat.
Melalui pendekatan inquiry diharapkan guru dapat membuat pembelajaran yang menantang sehingga melahirkan interaksi antara gagasan yang diyakini peserta didik sebelumnya dengan suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman baru yang lebih saintifik melalui proses eksplorasi atau pengujian gagasan baru.
4.      Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses, bertujuan menumbuhkan keterampilan yang berkaitan dengan sutu proses tertentu yang perlu dilatihkan. Menanamkan perilaku tertentu biasanya perlu dilatih dan dibiasakan sehingga nanti akan muncul perilaku yang diharapkan dalam bermasyarakat. Keterampilan proses bisa dimulai dari mencari informasi sampai nanti bisa menginformasikannya. Sumber-sumber menumbuhkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPS antara lain peta, globe, gambar atau foto, grafik, diagram dsb.
Kesadaran terhadap manfaat yang akan diberikan anak-anak melalui proses dan hasil akhir kegiatan mereka akan memberikan kita kemampuan untuk mengartikulasikan manfaat-manfaat ini dan untuk menggunakan display sekolah dan rapat staf sekolah untuk mempromosikan contoh-contoh kualitas pembelajaran anak-anak. [7]
Beberapa kemampuan atau keterampilan mendasar yang telah diidentifikasi sebagai keterampilan proses diantaranya:

a.       Kemampuan Mengobservasi
b.      Membuat Hipotesis
c.       Merencanakan Percobaan
d.      Mengendalikan Variabel
e.       Menginterpretasi Data
f.       Menyusun Kesimpulan Sementara
g.      Memprediksi
h.      Menerapkan
i.        Mengkomunikasikan
5.      Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah, akan mengenalkan peserta didik pada masalah-masalah dalam kehidupan di masyarakat. Misalnya masalah lingkungan hidup yang tidak bersih, tata tertib di sekolah yang belum dipatuhi, masalah narkoba, kenakalan remaja, kemiskinan dan sebagainya, bisa kenalkan pada peserta didik dan untuk mengungkap bagaimana respon peserta didik terhadap permasalahan yang ada dalam masyarakat.


Moffit mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran pemecahan masalah menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar berpikir kritis, dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. [8]
6.      Pendekatan Deduktif-Induktif
Pendekatan Deduktif dan Induktif termasuk kedalam jenis pendekatan tradisional. Pendekatan tradisional merupakan pendekatan di mana guru cenderung lebih aktif dibanding peserta didik dan metodenya cenderung monoton.
Pendekatan atau model pembelajaran tradisional cenderung berasumsi bahwa peserta didik memiliki kebutuhan yang sama, dan belajar dengan cara yang sama pada waktu yang sama, dalam ruang kelas yang tenang, dengan kegiatan materi pembelajaran yang terstruktur secara ketat dan didominasi oleh guru.[9]
Adapun pendekatan induktif, diawali dari mengemukakan kenyataan-kenyataan yang ada di dalam masyarakat berikut fakta dan datanya. Guru dapat mengangkat contoh-contoh kongkrit, dan kenyataan yang ada di dalam masyarakat, kemudian ditarik generalisasinya dari fakta dan data tersebut menjadi sebuah konsep. Misalnya tentang kemiskinan, korupsi, lapangan pekerjaan, kesejahtaraan dsb. Adapun pengolahan pesan secara Induktif bermula dari fakta atau peristiwa khusus, penyusunan konsep berdasarkan fakta-fakta, penyusunan generalisasi berdasarkan konsep-konsep, terapan generalisasi pada data baru, dan penarikan kesimpulan.[10]
Pendekatan deduktif, diawali dari konsep-konsep yang telah dipahami oleh peserta didik kemudian dicarikan contoh-contoh fakta dan data pendukungnya di masyarakat. Pendekatan induktif dan deduktif menjadi saling menunjang untuk menanamkan konsep pada peserta didik. Untuk peserta didik Sekolah Dasar, pembelajaran bisa dimulai dari yang kongkrit menuju abstrak, dari yang sederhana menuju kompleks, dari yang mudah menuju sulit dan dari yang dekat menuju ke yang jauh.
Adapun pengolahan pesan secara deduktif yang pertama dimulai dengan guru mengemukakan generalisasi, kedua penjelasan berkenaan dengan konsep-konsep, dan ketiga pencarian data yang dilakukan oleh peserta didik. Pengumpulan data tersebut berguna untuk menguji kebenaran generalisasi.[11]
7.      Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai, dikembangkan untuk menumbuhkan sikap dan toleransi peserta didik dalam berperilaku dimasyarakat, menumbuhkan kepekaan dan rasa tanggung jawab sosial dengan didasari oleh pengetahuan dan keterampilan sosial. Sikap demokratis dan semangat bekerjasama maupun berkompetisi perlu ditumbuhkan sejak dini.
Pembelajaran IPS bermuatan nilai relevan dengan salah satu prinsip pengembangan kurikulum 2006 yang menyatakan bahwa muatan kurikulum semua mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan iman, taqwa, dan akhlak mulia.
Pengembangan etika dilaksanakan dalam rangka penanaman sikap dan nilai-nilai ilmiah, sosial, dan moral, termasuk menghargai dan mengangkat nilai-nilai pluralitas dan nilai-nilai universal. Contoh materi pada pelajaran IPS yaitu mengenai Individu dan Masyarakat, Manusia dan Lingkungannya, Pengaruh Kebudayaan Luar Terhadap Kebudayaan Indonesia, Perjuangan Bangsa Indonesia Menuju Kemerdekaan, dan HAM, Demokrasi, dan Penegakan Hukum.


8.      Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif, mengutamakan efektifitas komunikasi guru dan peserta didik. Pendekatan ini memperhatikan tingkat kematangan kognitif peserta didik dan sekuensial materi atau istilah bahasa yang digunakan guru adalah bahasa yang dapat dimengerti dan dipahami oleh peserta didik. Bahasa dan istilah-istilah yang digunakan guru haruslah dimengerti dan dipahami sehingga tidak terjadi miskonsepsi atau salah pengertian.
Dalam pendekatan komunikatif ini diharapkan muncul komunikasi karakter, yaitu komunikasi antardua atau lebih individu yang berjalan secara terus menerus dalam waktu yang panjang, sehingga perilaku muncul sebagai karakter dan terkomunikasikan secara domain. Karakter disini meliputi perilaku fisik, seperti sopan, lembut, tegas, keras, kasar, dan sebagainya.[12]
9.      Pendekatan Kesejarahan
Pendekatan kesejarahan, mengungkap peristiwa masa lalu yang bisa dijadikan contoh (baik maupun tidak baik) bagi peserta didik, sehingga peserta didik bisa mengambil makna dan hikmahnya dari peristiwa masa lalu tersebut. Belajar dari nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan maupun peristiwa-peristiwa lain dimasa lalu perlu dikembangkan untuk menjadi contoh pengalaman dan pedoman bagi masa mendatang.
10.  Pendekatan Tematik
Anak sekolah dasar terutama pada tingkat rendah memerlukan fasilitas belajar tidak dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah melainkan dalam tema yang merupakan integrasi materi dari semua mata pelajaran.[13]
Pendekatan tematik, dikembangkan untuk memberikan wawasan peserta didik yang komprehensif terhadap tema yang ditampilkan. Misalnya tema lingkungan hidup, hasil pembangunan, demokratisasi dan sebagai bisa dikembangkan pada pemahaman peserta didik yang lebih komprehensif.
11.  Pendekatan CTL (Contekstual Teacher and Learning)
Pembelajaran ini merupakan suatu model pembelajaran yang intinya membantu guru untuk mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi peserta didik mengaitkan antara pengetahuan yang dipelajari dan penerapannya dalam kehidupan mereka.
Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan peserta didik-siswi TK sampai dengan SMA untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan penegetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam-sekolah dan luar-sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang simulasikan.
Adapun komponen pembelajaran yang harus ada pada pendekatan kontekstual, diantaranya: (a) Contructivisme (Kontruktivisme), (b) Questioning (bertanya), (c) Inquiry (menemukan), (d) Learning Community (Masyarakat Belajar), (e) Modeling (Pemodelan), (f) Reflection (Refleksi), (g) Authentic Assessment (Penilaian Sebenarnya)[14], yang mana saat proses pembelajaran berlangsung diselenggarakan dalam suasana pemecahan masalah. yang menggunakan contoh dan permasalahan konkrit kekinian dan relevan dengan situasional lingkungan peserta didik.
12.  Pendekatan Berbasis Proyek
Pendekatan ini merupakan dimana peserta didik dalam proses belajar memecahkan suatu permasalahan menggunakan prosedur yang membutuhkan kemandirian dan suasana kerjasama tim yang solid.
13.  Pendekatan Quantum Teaching
Pendekatan Quantum Teaching merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah ada.[15]
Pendekatan ini dilakukan ketika dimana peserta didik ditempatkan pada subyek pembelajaran dalam suasana pengelolaan kelas yang atraktif,  dan komunikatif sehingga proses belajar menjadi lebih menantang, menyenangkan dan memotivasi.
Adapun karakteristik umum Pendekatan Quantum Teaching, dinatarnya:
a.       Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif
b.      Lebih bersifat humanistis
c.       Bersifat Konstruktivis
d.      Berupaya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan sebagai konteks pembelajaran.
e.       Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna
f.       Menekankan pada pemercepat pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi
g.      Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran
h.      Menekankan kebermaknnaan dan kebermutuan proses pembelajaran
i.        Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran
j.        Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis
k.      Menekankan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran
l.        Mengutamakan keberagaman dan  kebebasan
14.  Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran Pendekatan Ilmu Teknologi Masyarakat (ITM) yang dikemukakan oleh Remy (1990) yang mengemukakan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS tidak terlepas kaitannya dengan perkembangan isu-isu sosial yang berkembang yang dominan menyangkut membahas pengaruh perkembangan teknologi pada berbagai aspek perikehidupan sosial kemaysarakatan.
15.  Pendekatan Kooperatif.
Di dalam kelas kooperetaif, peserta didik belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4-6 peserta didik, peserta didik dikelompokan secara heterogen.selama belajar secara kooperatif mereka diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya.
Pendekatan kooperatif ini memiliki 2 tipe, diantaranya:
a.       Kooperatif tipe Student Team-Achievement Divisions (Tim Peserta didik Kelompok Prestasi)
Langkah-langkah:
1)      Membentuk kelolmpok yang anggotanya kurang lebih 4 orang;
2)      Guru menyajikan materi pelajaran;
3)      Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepa anggota kelompok lain;
4)      Guru memberikan pertanyaan/kuis dan peserta didik menjawab pertanyaan kuis dengan tidak saling membnatu;
5)      Pembahasan kuis;
6)      Kesimpulan.
b.      Jigsaw (Model Tim Ahli)
Langkah-langkah:
1)      Peserta didik dikelompokan dengan anggota kurang lebih 4 orang;
2)      Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda;
3)      Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli);
4)      Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang sub-bab yang mereka kuasai;
5)      Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
6)      Pembahasan;
7)      Penutup.
Menurut UUSPN No. 20 / 2003 yang mengisaratkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruaang yang cukup bagi prakasa, kreatifitas dan kemandirian, sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Pada pembelajaran IPS tidak menggunakan pendekatan konvemsional, karena umumnya pendekatan ini lebih banyak menggunakan belahan otak kiri saja,, sementara otak kanan kurang diperhatikan. Untuk mencapai pembelajaran IPS yang efektif perlu mengoptimalkan semua potensi peserta didik sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karateristik pribadi yang mereka miliki.
Pendekatan yang bersifat CBASA dan PAIKEM dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Paradigma pembelajaran konvensioanl yang selama ini dilaksanakan perlu dirubah dengan model pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran inovatif ini perlu diterapkan, karena:
1.      Jumlah informasi dan salurannya semakin banyak.
2.      Tidak semua potensi peserta didik bisa dikembangkan dengan satu cara saja.
3.      Orientasi target materi pembalajaran hanya untuk jangka pendek.
4.      Proses pembelajaran seharusnya berangkat dari masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.[16]


BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pembelajaran IPS merupakan upaya untuk membelajarkan peserta didik dalam ilmu social, humaniora, dan masalah social kehidupan.
Prnsip-prinsip pembelajaran IPS:
1.      Social studies teaching and learning are powerful when they are meaningful atau biasa disebut pembelajaran IPS yang bermakna.
2.      Social studies teaching and learning are powerful when they are integrative.
3.      Social studies teaching and learning are powerful when they are value-based atau biasa disebut pembelajaran IPS yang berbasis nilai
4.      Social studies teaching and learning are powerful when they are challenging yang bias disebut pembelajaran IPS yang menantang
5.      Social studies teaching and learning are powerful when they are active atau biasa disebut pembelajaran IPS yang aktif.
Pendekatan merupakan titil tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Pendekatan yang cocok untuk mata pelajaran IPS ada yang menggunakan pendekatan tradisional seperti Deduktif dan Induktih dan yang bersifat CBSA dan PAIKEM, dintaranya:


1.      Pendekatan Ligkungan;
2.      Pendekatan Konsep;
3.      Pendekatan Inquiry;
4.      Pendekatan Keterampilan Proses;
5.      Pendekatan Pemecahan Masalah;
6.      Pendekatan Nilai;
7.      Pendekatan Komunikatif;
8.      Pendekatan Kesejarahan;
9.      Pendekatan Tematik;
    . Pendekatan CTL;
.     Pendekatan Berbasis Proyek;
.     Pendekatan Quantum Teaching;
.     Pendekatan ITM;
     Pendekatan Koopereatif.


DAFTAR PUSTAKA
Beetlestone, Florence. 2012. Creative Learning. Bandung: Nusa Media.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hari Suderadjat. 2011. Manajemen Pembelajaran Tematik. Bandung: Sekar Gambir Asri.
Hartono, dkk. 2012. PAIKEM. Riau : Zanafa Publishing.
Tim Penyusun Jurusan Pendidikan Biologi, Fisika, Kimia FPMIPA UPI. Pendalaman Materi dan Metodologi Pembelajaran Ilmu Pengetahu Alam SD/MI. 2010.
Tim Penyusun Jurusan Pendidikan Pengetahuan Sosial FPIPS UPI. Pendalaman Materi dan Metodologi Pembelajaran Ilmu Pengetahu Sosial SD/MI. 2010.
Masruri, 2011, Negative Learning, Solo:PT Era Adi Citra Intermedia.
Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Sudirman, dkk. 1990. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suhada, Idad. 2010. Pendidikan IPS di SD/MI. Bandung: Solo Press.


[1] Drs. Muhaimin, M.A.et.al. Paradigma Pendidikan Islam. 2001. Malang. PT.Remaja Rosda Karya, hlm. 164.
[2] Tim Penyusun Jurusan Pendidikan Pengetahuan Sosial FPIPS UPI. Pendalaman Materi dan Metodologi Pembelajaran Ilmu Pengetahu Sosial SD/MI. 2010, hlm. 2.
[3] Florence Beetlestone, Creative Learning, Bandung: Nusa Media, 2012, hlm. 68.
[4]  Ibid, hlm. 232.
[5] Idad Suhada, Pendidikan IPS di SD/MI, Bandung: Solo Press, 2010, hlm. 64
[6] Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Risdakarya, 1990, hlm. 169.
[7] Florence Beetlestone, op.cit,  hlm. 119
[8] Sertifikasi Guru Rayon 10 Universitas Pendidikan Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI, 2010, hlm. 149.
[9] Idad Suhada, op. cit.  hlm.60
[10] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, hlm. 185.
[11] Ibid, hlm. 180.
[12] Masruri, Negative Learning, Solo:PT Era Adi Citra Intermedia, 2011, hlm. 49.
[13] Hari Suderadjat, Manajemen Pembelajaran Tematik, Bandung: Sekar Gambir Asri, 2011, hlm. 4.
[14] Yatim Riyanto, Paradigma Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010,  hlm. 163.
[15] Hartono, PAIKEM, Riau: Zanafa Publishing, 2012, hlm. 50.

1 komentar:

  1. Mohon bisa dishare. Sangat bermanfaat untuk mahasiswa sebagai bahan rujukan.

    BalasHapus